Duta Besar Republik Indonesia untuk Malaysia, Hermono, menegaskan bahwa hingga Kamis, 10 Juli 2025, tidak ada pernyataan atau klaim resmi dari otoritas Malaysia yang menyatakan bahwa tradisi Pacu Jalur merupakan milik mereka.
Pernyataan ini disampaikan Dubes Hermono menanggapi viralnya isu di media sosial yang menyebut Malaysia mengklaim Pacu Jalur sebagai bagian dari budayanya. Menurut Hermono, informasi yang beredar kemungkinan besar berasal dari individu, bukan dari otoritas negara. Ia menilai tuduhan semacam itu belum memiliki dasar yang jelas.
Hermono menjelaskan bahwa banyak warga Malaysia memiliki garis keturunan dari wilayah-wilayah di Indonesia. Sebelum kemerdekaan kedua negara, perpindahan penduduk dari wilayah seperti Riau, Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, dan Jawa ke Semenanjung Malaya cukup masif. Proses migrasi itu turut membawa budaya-budaya lokal Indonesia yang kini melekat di masyarakat Malaysia.
Menurutnya, kemiripan atau kesamaan budaya yang ada saat ini merupakan warisan dari proses historis tersebut. Ia mencontohkan kesamaan nama tempat seperti Sungai Kuantan di Riau, tempat berlangsungnya Pacu Jalur, dengan Sungai Kuantan di Pahang, Malaysia. Namun, hingga kini belum ditemukan dokumen atau pernyataan resmi dari pemerintah Malaysia yang menyatakan Pacu Jalur sebagai bagian dari warisan budaya mereka.
Dubes Hermono mengingatkan masyarakat Indonesia, khususnya para pengguna media sosial, agar tidak mudah terpancing oleh informasi yang belum terverifikasi. Ia menilai kemiripan budaya antara Indonesia dan Malaysia seharusnya dilihat sebagai jembatan kebudayaan, bukan sumber konflik.
Ia juga menyampaikan keprihatinan terhadap pola reaksi di media sosial yang cenderung memperkeruh suasana setiap kali isu kebudayaan antarnegara mencuat. Menurutnya, keributan di ranah maya bisa mengganggu hubungan baik antarmasyarakat dan pemerintah kedua negara.
Melalui pernyataan resminya, Hermono mengimbau agar masyarakat lebih bijak dalam menyikapi kemiripan budaya dan tidak menjadikannya sebagai alasan untuk saling menyalahkan. Ia berharap persamaan budaya justru bisa memperkuat hubungan diplomatik dan kerja sama antara Indonesia dan Malaysia.






