BMKG : AWAS, TSUNAMI SAAT LEBARAN

Fokus, Nasional17 Dilihat

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan semua pihak, termasuk lembaga pemerintah dan masyarakat, untuk tetap waspada terhadap potensi gempa dan tsunami selama libur Lebaran Idul Fitri 2025. BMKG menekankan pentingnya kesiapsiagaan mengingat sejarah kejadian gempa yang sering terjadi saat periode libur besar.

Direktur Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, dalam konferensi siaga mudik Lebaran 2025 yang diadakan secara daring di Jakarta pada Kamis (20/3) malam, menyampaikan bahwa selama 2024, Indonesia mengalami 20 gempa bumi merusak dengan berbagai variasi magnitudo dan kedalaman. Sumber gempa berasal dari sesar aktif, subduksi lempeng, dan gempa dalam lempeng (intra-slab).

BMKG mencatat setidaknya 13 kejadian gempa dan tsunami terjadi pada periode libur Hari Raya, termasuk Idul Fitri. Salah satu contoh adalah gempa magnitudo 6,1 pada Sesar Ransiki yang mengguncang Tenggara Manokwari Selatan, Papua Barat, pada April 2024, menyebabkan lima korban jiwa dan 94 luka-luka. Contoh lainnya adalah gempa Palu (6,2 magnitudo) pada 8 Agustus 2012 yang menewaskan enam orang dan melukai 43 lainnya, gempa Nias (6,7 magnitudo) pada 14 Mei 2021 yang masuk kategori merusak, serta gempa Mentawai (6,1 magnitudo) pada 3 April 2023 yang terjadi saat Idul Fitri.

Daryono menekankan bahwa gempa dan tsunami bisa terjadi kapan saja, termasuk selama libur Idul Fitri, Imlek, atau Natal. Ia mengingatkan bahwa beberapa gempa kecil yang tidak terdeteksi tetap dapat memiliki dampak merusak. Oleh karena itu, kesiapsiagaan menjadi hal yang sangat penting, terutama bagi masyarakat yang tinggal di wilayah rawan bencana.

Ia juga mengimbau otoritas terkait dan masyarakat untuk tidak hanya fokus pada gempa itu sendiri, tetapi juga dampak ikutannya seperti surface rupture (retakan permukaan pada jalur sesar), tsunami, longsor, likuefaksi, hingga kebakaran. BMKG mencatat sekitar 30 bandara di Indonesia berada di zona rawan tsunami, termasuk Bandara Ngurah Rai di Bali dan bandara di Yogyakarta. Oleh karena itu, BMKG dan pemerintah terus meningkatkan peringatan serta mitigasi risiko di kawasan tersebut.

Dalam rangka persiapan mudik, BMKG mengingatkan masyarakat untuk memahami jalur transportasi yang aman, baik jalur udara, darat, maupun laut, serta mewaspadai potensi gempa di sepanjang jalur mudik.

Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Suci Dewi Anugrah, menambahkan bahwa BMKG terus memperkuat ketangguhan masyarakat dalam menghadapi risiko gempa dan tsunami. Sebanyak 22 kelompok masyarakat dari berbagai daerah rawan bencana telah dilatih sebagai Tsunami Ready Communities melalui pendampingan BMKG dan UNESCO-IOC. Kelompok ini tersebar di Aceh, Sumatera Barat, Pulau Jawa, Bali, dan Maluku.

Tugas mereka meliputi pemasangan rambu-rambu dan papan informasi tsunami, memastikan kesiapan tempat evakuasi, alat komunikasi penyebaran informasi, sirene peringatan, serta koordinasi dengan tim siaga yang selalu siap siaga. Dengan adanya langkah-langkah ini, diharapkan kesiapsiagaan menghadapi bencana dapat meningkat, sehingga risiko korban jiwa dan kerugian akibat gempa dan tsunami dapat diminimalkan.

SUMBER : ANTARA

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *