INI PENJELASAN BRIN SOAL FENOMENA BULAN KEMBAR

Fokus, Nasional40 Dilihat
banner 468x60

JAKARTA – Periset dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin, menjelaskan fenomena menarik yang belakangan ini ramai diperbincangkan di media sosial, yakni istilah “bulan kembar”. Banyak masyarakat yang beranggapan bahwa fenomena ini menunjukkan adanya dua bulan di langit secara bersamaan.

Namun, Thomas menegaskan bahwa istilah “bulan kembar” tidak sepenuhnya tepat. “Bulan adalah satu-satunya satelit alami Bumi yang berukuran besar dan dapat terlihat dengan mata telanjang. Dalam periode tertentu, objek lain seperti asteroid dapat terperangkap dalam gravitasi Bumi dan sementara waktu mengelilingi planet kita. Objek ini biasa disebut sebagai ‘bulan mini’ atau ‘mini moon’,” ujarnya dalam keterangan yang disampaikan di Jakarta.

banner 336x280

Ia menjelaskan bahwa Bulan adalah satu-satunya benda langit yang selalu mengelilingi Bumi. Namun, fenomena menarik yang harus dicermati adalah asteroid dengan kode “2024 PT5”. Asteroid ini diprediksi akan tertangkap oleh gravitasi Bumi dari 29 September hingga 25 November 2024.

“Ini bukan bulan kedua, tetapi karena terjebak dalam orbit Bumi untuk sementara waktu, beberapa media menyebutnya sebagai ‘bulan mini’,” tambahnya. Asteroid 2024 PT5 memiliki ukuran kecil, sekitar 10 meter, jauh lebih kecil dibandingkan Bulan, sehingga tidak mungkin muncul seperti bulan purnama yang kita lihat di langit.

Orbit asteroid ini tidak berbentuk lingkaran sempurna; ia hanya sekali mengelilingi Bumi sebelum akhirnya kembali ke orbit asalnya mengelilingi Matahari. Thomas menekankan bahwa asteroid ini tidak menimbulkan ancaman bagi Bumi karena ukurannya yang kecil. Bahkan jika masuk ke atmosfer Bumi, asteroid ini akan terbakar habis, dengan kemungkinan sisa-sisanya jatuh di area yang tidak berpenduduk.

“Asteroid semacam ini sering kali terdeteksi dan tidak berbahaya. Pada 2009, asteroid seukuran ini pernah jatuh di perairan Bone, Sulawesi. Meskipun di mata masyarakat umum tampak menarik, posisi orbit yang terjebak di gravitasi Bumi untuk sementara waktu membuatnya menjadi objek studi yang menarik bagi para astronom,” tambahnya.

Bagi masyarakat yang penasaran, Thomas mengingatkan bahwa Asteroid 2024 PT5 tidak dapat diamati dengan mata telanjang. Asteroid ini terlalu redup dan kecil untuk terlihat tanpa alat bantu. “Kita membutuhkan teleskop besar untuk melihat asteroid ini. Observatorium dengan teleskop canggih di seluruh dunia saat ini telah bersiap untuk mengamati pergerakan asteroid ini,” paparnya.

Thomas Djamaluddin juga menyarankan masyarakat agar tidak perlu khawatir dengan fenomena ini dan mengajak semua pihak untuk melihatnya sebagai kesempatan untuk memperkaya pengetahuan tentang objek-objek kecil di tata surya. “Ini adalah fenomena yang menarik bagi dunia astronomi, meskipun tidak akan terlihat oleh kebanyakan orang. Hal ini mengingatkan kita bahwa banyak benda di tata surya masih menyimpan kejutan,” tutupnya.

Dengan begitu, fenomena “bulan kembar” bukan hanya sekadar mitos, tetapi menjadi topik yang dapat meningkatkan pemahaman kita tentang alam semesta. (*)

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *