JAKARTA — Memiliki gelar Doktor adalah cita-citanya sejak kecil. Kini bukan hanya gelar Doktor, tapi gelar Profesor pun melekat di depan namanya.
Tak pelak namanya pun harus ditulis makin panjang. Sebab selain gelar Doktor dan Profesor dia juga harus membubuhkan gelar-gelar Sarjana dan Master.
Prof. Dr. HM Sattar Taba, SE, MIP nama lengkapnya kini.
Kelahiran Makassar tahun 1955 ini sempat terganjal mewujudkan cita-cita menggondol gelar Doktor. Kesibukannya memimpin perusahaan membuatnya harus berkutat dengan tugas-tugas rumit yang membutuhkan perhatian ekstra.
Meski begitu rupanya, Sattar Taba dilahirkan sambil membawa bakat yang luar biasa. Karenanya, tidak di bidang akademi Sattar mendulang banyak prestasi mengagumkan di perusahaan yang ia pimpin.
Tangan dinginnya membuat Sattar Taba menjelma bagaikan magician alias tukang sulap. Lantaran banyak masalah yang terkesan mustahil ditangani orang lain, mendadak beres di tangannya.
Misalnya laba yang menukik diiringi inefisiensi di masa kepemimpinan orang lain, mendadak meroket diiringi efisiensi yang mengagumkan setelah manajemen perusahaan dipimpin Sattar Taba.
Hebatnya, perusahaan-perusahaan yang dipimpin Sattar Taba bukan perusahaan kaleng-kaleng.
Setelah sukses menyabet gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Hasanuddin, Makassar, anak kelima dari sepuluh saudara ini pernah bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Departemen Perdagangan.
Tapi kemudian ia mengundurkan diri dan pindah bekerja di Badan Usaha Milik Negara (BUMN); PT Industri Kapal Indonesia, PT Semen Kupang, dan PT Semen Tonasa.
Karena etos kerja dan kepiawaiannya, Direksi PT Semen Tonasa merekomendasikan Sattar Taba memimpin PT Semen Semen Kupang di Nusa Tenggara Timur yang sedang mengalami kesulitan.
Semen Kupang masih satu grup dengan Semen Tonasa.
Dua tahun sebelum Sattar angkat koper dan boyong keluarganya ke Kupang, ia terlebih dahulu ditugaskan memimpin dua anak perusahaan Semen Tonasa; PT Puma Karya Manunggal dan PT Pelayaran Tonasa Lines.
Dua anak perusahaan itu awalnya memiliki cash flow rendah dan utang banyak. Di bawah pimpinan Sattar Taba bisa kembali terangkat cash flow-nya, utang terlunasi, perusahaan juga mencatatkan untung yang lumayan sehingga bisa memberikan bonus ke karyawannya, dan bahkan memiliki kapal angkutan kargo.
Jejak karya seorang Sattar Taba sebagai CEO mulai terlihat. Selanjutnya ia 11 tahun mengabdi di PT Semen Kupang. Dua tahun dipercaya sebagai Direktur Keuangan dan Pemasaran, dan sembilan tahun menjabat Direktur Utama.
Ketika Sattar Taba tiba pertama kali di Semen Kupang, kinerja perusahaan itu sangat buruk. Di awal kepemimpinnya sebagai Direktur Utama PT Semen Kupang tahun 1993, hati Sattar risau. Ada kegelisahan dalam benaknya. Ia melihat kondisi pabrik Semen Kupang Unit I yang tidak lagi memiliki prospek.
Puncaknya, konsultan independent, Boston Consultant, yang ditunjuk oleh Menteri Negara BUMN tahun 1999 merekomendasikan Semen Kupang dilikuidasi.
Alasannya, pabrik itu tidak bisa diandalkan karena lebih besar kerugiannya dibandingkan dengan modal perusahaan.
“Namun berkat usaha yang gigih dan perjuangan yang pantang menyerah disertai dengan ide-ide kreatif yang dimiliki Sattar Taba terbukti telah berhasil menyelamatkan dan mengeluarkan perusahaan dari krisis, sehingga Semen Kupang batal dilikuidasi,” tutur Ir. Taufik Abbas, Komisaris Utama PT Semen Tonasa kala itu, dikutip dari buku “Keluar dari Krisis”.
Salah satu terobosan Sattar Taba dkk adalah berhasil merintis dan membangun pabrik Semen Kupang Unit II dan menembus ekspor ke Australia, kendati harus menghadapi berbagai tantangan.
Setelah berhasil membangun PT Semen Kupang, menyelamatkannya dari dampak krisis moneter 1998, membesarkan dan menjadikan perusahaan itu untung besar, Sattar Taba dipromosikan kembali ke PT Semen Tonasa.
Ia diberi amanah sebagai Direktur Keuangan selama lima tahun dan Direktur Utama selama tujuh tahun.
Sattar Taba layak mendapat julukan ”the Legend or Tonasa” karena di masa kepemimpinannya sebagai Direktur Keuangan dan Direktur Utama, Sattar telah merintis, membangun dan menyelesaikan pembangunan pabrik serta fasilitas utama PT Semen Tonasa.
Mulai pabrik Tonasa V, Pelabuhan Kargo, Pelabuhan Batubara, Wisma Karyawan dan Pembangkit Listrik berkekuatan 2×35 MW.
Kepada penerusnya, ia telah mewariskan Semen Tonasa yang memiliki cash flow triliunan rupiah, keuntungan yang luar biasa besar, dan memberikan kesejahteraan dalam bentuk bonus yang berlipat-lipat ke semua karyawannya.
Ketika kemudian diminta oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan memimpin PT. Kawasan Berikat Nusantara (Persero) pada November 2012, Sattar Taba bersedia demi prinsip pengabdian. Meski Sattar mantan pemimpin perusahaan dengan laba triliunan rupiah, ia tidak keberatan dimintabantuan meningkatkan kinerja PT KBN (Persero) yang waktu itu labanya hanya belasan rupiah per tahun.
Dalam beberapa kesempatan, Dahlan Iskan secara terbuka menyampaikan kekagumannya kepada Sattar Taba atas kesediannya menjadi nahkoda KBN. Dan terbukti di tangan Sattar Taba, laba KBN bisa meningkat menjadi ratusan miliar rupiah per tahun.
Sattar Taba mengakhiri tugasnya di KBN pada November 2020. Beberapa tahun terakhir, ia dipercaya memimpin Tiran Group, perusahaan swasta yang menaungi puluhan anak usaha. Namun kemudian Sattar Taba ingin rehat memimpin perusahaan dan memilih fokus pada keluarga dan menyelesaikan studi doktoralnya.
Di usia 67 tahun, Sattar Taba berhasil meraih gelar doktor di Ilmu Pemerintahan di Institut Pemerintahan Dalam Negeri, Jakarta, pada Selasa, 17 Mei 2022. (***)