Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza, dr. Marwan Al-Sultan, meninggal dunia bersama istri dan anak-anaknya dalam serangan udara Israel yang menghantam gedung apartemen tempat tinggalnya di kawasan barat Kota Gaza, Rabu waktu setempat. Kematian dr. Marwan mengundang duka mendalam, terutama di kalangan kemanusiaan dan dunia medis internasional yang mengenal dedikasinya bagi rakyat Palestina.
Informasi wafatnya dr. Marwan pertama kali dilaporkan kantor berita resmi Palestina, WAFA, dan dikonfirmasi oleh organisasi kemanusiaan MER-C Indonesia, mitra utama pendirian dan pengelolaan Rumah Sakit Indonesia di Gaza. Jenazah keluarga dokter tersebut telah dievakuasi ke Rumah Sakit Al-Shifa, salah satu fasilitas medis terbesar yang masih beroperasi di tengah kehancuran.
“Serangan ini menewaskan sembilan orang termasuk dr. Marwan dan keluarganya. Beberapa korban lain mengalami luka-luka,” demikian pernyataan tertulis MER-C yang dipublikasikan melalui media sosial. Mereka juga menyebut bahwa serangan terjadi secara langsung dan menyasar tempat tinggal sang dokter, tanpa adanya indikasi bahwa lokasi itu merupakan target militer.
Sosok dr. Marwan dikenal sebagai figur penting dalam pelayanan medis kemanusiaan di Gaza, terutama selama masa eskalasi konflik sejak Oktober 2023. Selama bertahun-tahun, ia memimpin Rumah Sakit Indonesia—satu dari sedikit fasilitas kesehatan yang bertahan melayani ribuan korban luka di Jalur Gaza yang terkepung. MER-C menggambarkannya sebagai pribadi yang bekerja tanpa lelah, bahkan dalam kondisi kekurangan obat-obatan, listrik, dan ancaman serangan udara.
Rumah Sakit Indonesia telah menjadi target serangan berulang sejak agresi militer Israel kembali memanas pada 7 Oktober 2023. Serangan paling anyar terjadi pada Mei lalu, menghantam bagian struktural rumah sakit hingga membuat sebagian layanan medis lumpuh total. Meski begitu, tim medis tetap menjalankan operasi darurat dengan sumber daya terbatas, bahkan menjadikan lorong dan halaman sebagai ruang perawatan darurat.
Selain serangan terhadap kediaman dr. Marwan, laporan WAFA juga mencatat serangan terpisah yang menewaskan dua warga Palestina dan melukai sejumlah lainnya di Sekolah Al-Zaytoun di bagian selatan Kota Gaza. Tempat pendidikan yang sebelumnya dijadikan lokasi pengungsian itu menjadi sasaran tanpa peringatan.
Kematian dr. Marwan terjadi di tengah meningkatnya sorotan internasional terhadap kebrutalan militer Israel di Jalur Gaza. Sejak Oktober 2023, lebih dari 56.500 warga Palestina tewas—mayoritas perempuan dan anak-anak—dan lebih dari 133.000 orang lainnya luka-luka. Serangan demi serangan terus menghancurkan infrastruktur sipil, termasuk rumah sakit, sekolah, tempat ibadah, dan kamp pengungsian.
Di level internasional, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) telah menerbitkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant pada November tahun lalu. Keduanya dituduh melakukan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Israel juga sedang menjalani proses hukum atas tuduhan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ), menyusul gugatan resmi dari sejumlah negara.
Meski dunia internasional terus menyuarakan kecaman, eskalasi serangan belum menunjukkan tanda mereda. Kepergian dr. Marwan menjadi simbol nyata bahwa serangan tersebut telah melampaui batas kemanusiaan, menyasar siapa pun—bahkan mereka yang mendedikasikan hidupnya untuk menyelamatkan nyawa.
Sumber: Antara