Sebuah video berdurasi singkat mendadak menyebar luas di Facebook, menampilkan Presiden Prabowo Subianto seolah-olah menyatakan dukungan terhadap Rismon Sianipar — sosok yang dikenal vokal menyuarakan dugaan ijazah palsu Presiden ke-7 RI, Joko Widodo. Video itu sontak menyulut percakapan hangat di jagat maya, sebagian menganggapnya sebagai “sinyal politik” di tengah tensi warisan kekuasaan.
Namun, seperti banyak kabar yang viral lebih dulu daripada benar, klaim tersebut ternyata tidak berdasar.
Tim fact-checking Kompas.com, dalam laporannya pada Minggu (22/6/2025), menelusuri jejak digital video tersebut menggunakan Google Lens. Hasilnya cukup gamblang: video itu identik dengan siaran asli Metro TV yang tayang di kanal YouTube mereka pada 8 April 2025. Judulnya pun terang-benderang: “Presiden Prabowo Bicara Propaganda Kebohongan.”
Lalu apa isi sebenarnya dari pidato Prabowo yang dikutip sepotong-potong itu?
Dalam video berdurasi lebih dari lima menit tersebut, Presiden Prabowo memang berbicara dengan nada serius, membahas tentang bahaya propaganda yang dilancarkan oleh negara tertentu untuk menciptakan ketidakstabilan di negara lain. Ia menyebut bahwa kampanye informasi palsu adalah senjata baru dalam geopolitik modern — tajam, sulit dilacak, dan kerap menargetkan negara-negara yang sedang tumbuh.
Namun, tak ada satu kalimat pun yang menyinggung ijazah Joko Widodo, apalagi memberikan dukungan terhadap tuduhan tersebut. Tidak pula disebut nama Rismon Sianipar. Yang ada hanyalah paparan tentang betapa rapuhnya ekosistem informasi publik jika tidak dibarengi dengan ketahanan literasi digital.
Video yang viral di Facebook itu kemungkinan besar telah diedit secara manipulatif, menghilangkan konteks dan membelokkan arah narasi. Teknik ini bukan barang baru dalam industri disinformasi — memanfaatkan wajah dan suara tokoh publik, lalu menempelkannya pada isu sensasional demi menciptakan kesan yang menyesatkan.
Penyebaran disinformasi seperti ini kerap meningkat di masa transisi kekuasaan atau menjelang momentum politik penting. Figur publik seperti Presiden Prabowo, yang kini menjadi pemimpin tertinggi negeri ini, tentu tak luput dari upaya framing untuk tujuan tertentu.
Perlu dicatat, dugaan mengenai ijazah palsu Presiden Jokowi sendiri telah berulang kali dibantah oleh instansi resmi, termasuk Kemendikbud dan pihak kampus Universitas Gadjah Mada. Laporan-laporan terkait tuduhan ini juga telah dimentahkan oleh pengadilan.
Masyarakat diimbau untuk tetap kritis, tidak mudah percaya pada konten potongan yang beredar tanpa sumber resmi. Karena di era informasi yang deras seperti sekarang, kebenaran sering kali dikalahkan oleh kecepatan berbagi.