Anggota Komisi IX DPR RI, Netty Prasetiyani Aher, menyoroti serius sejumlah insiden dalam pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG), termasuk kasus dugaan keracunan di Batang, Jawa Tengah, serta persoalan tunggakan pembayaran di Kalibata, Jakarta Selatan. Ia meminta Badan Gizi Nasional (BGN) bergerak cepat untuk memperbaiki tata kelola program sebelum masalah semakin meluas.
“MBG ini program strategis untuk membentuk generasi unggul bangsa. Jangan sampai niat baik pemerintah malah jadi bumerang karena lalai di lapangan,” ujar Netty, Rabu (23/4).
Terkait insiden keracunan massal di Batang yang menimpa puluhan siswa, Netty mendesak dilakukan investigasi menyeluruh terhadap rantai distribusi MBG—mulai dari bahan baku, proses pengolahan, hingga distribusi makanan. “Keamanan pangan harus jadi prioritas. Anak-anak kita tidak boleh jadi korban kelalaian,” tegas politisi Fraksi PKS ini.
Di sisi lain, Netty juga menyoroti masalah tunggakan pembayaran hampir Rp 1 miliar terhadap dapur MBG di Kalibata. Ia menyebut masalah administrasi seperti ini dapat mengguncang keberlangsungan program jika tak segera diselesaikan.
“Kalau dapur berhenti produksi karena dana tersendat, siapa yang rugi? Anak-anak juga. Maka sistem pengelolaan anggaran dan koordinasi antarlembaga harus dibenahi,” ujarnya.
Meski begitu, Netty mengapresiasi komitmen para pengelola dapur yang tetap menjalankan tugas mereka meski menghadapi kendala pembayaran dan operasional. Ia menyebut dedikasi seperti itu seharusnya menjadi semangat bersama untuk menjalankan program ini dengan lebih bertanggung jawab.
“Semangat pengabdian dari para mitra lapangan harus dijawab dengan keseriusan dari pemerintah dalam memastikan program berjalan lancar dan aman,” kata Netty.
Sebagai penutup, ia mendesak agar BGN segera melakukan evaluasi total, memperbaiki pengawasan lapangan, menjamin keamanan dan kualitas makanan, serta menjaga transparansi anggaran.
“Program MBG bukan sekadar bagi-bagi makanan. Ini investasi jangka panjang untuk masa depan bangsa. Jangan sampai rusak karena keteledoran teknis,” tutupnya.