Pemerintah secara resmi menetapkan tanggal 19 April sebagai Hari Keris Nasional. Keputusan tersebut diumumkan oleh Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, dalam peringatan di Gedung Samantha Krida, Universitas Brawijaya, Malang. Momen ini sekaligus menandai hari lahirnya Sekretariat Nasional Perkerisan Indonesia (SNKI), organisasi budaya yang telah diakui oleh UNESCO.
Fadli menegaskan, penetapan ini bukan hanya seremoni tahunan. “Ini bukan sekadar peringatan simbolik. Ini langkah nyata untuk menghidupkan kembali nilai keris sebagai warisan budaya yang menyimpan kekayaan historis, artistik, dan spiritual,” tegasnya dalam pernyataan tertulis yang diterima InfoPublik, Senin (21/4/2025).
Keris merupakan salah satu dari 16 warisan budaya tak benda Indonesia yang telah diakui UNESCO. Namun menurut Fadli, keris lebih dari sekadar artefak budaya—ia adalah simbol kebijaksanaan dan filosofi hidup masyarakat Nusantara.
“Keris adalah lambang jati diri. Di balik bilahnya, tersimpan nilai-nilai luhur yang telah menemani perjalanan bangsa sejak lama,” ujarnya.
Penetapan Hari Keris Nasional, kata Fadli, harus menjadi momentum membangkitkan literasi budaya, terutama di kalangan muda. Ia mendorong agar peringatan ini tidak berhenti di ruang seremoni, tetapi dilanjutkan dalam bentuk kegiatan edukatif dan kreatif.
“Podcast, dokumenter, diskusi daring, sampai pameran—itu semua bisa jadi sarana menarik untuk mengenalkan keris pada generasi baru,” ujarnya.
Tak hanya di dalam negeri, Fadli juga menyoroti potensi besar keris dalam diplomasi budaya. Ia menyebut Presiden Prabowo Subianto sebagai contoh nyata, yang kerap memberikan keris kepada pemimpin dunia sebagai simbol kehormatan bangsa.
“Kekayaan budaya kita bukan untuk disimpan di lemari, tapi untuk diperkenalkan ke dunia. Keris, wayang, batik, dan tari punya kekuatan diplomatik—bahkan nilai ekonomi,” ucapnya.
Dalam konteks ekonomi kreatif, Fadli meyakini bahwa budaya bisa menjadi penggerak pembangunan. Menurutnya, ketika budaya dikelola secara strategis, ia bisa menjadi pilar kekuatan ekonomi nasional.
“Kita harus berhenti melihat budaya sebagai masa lalu. Ini potensi masa depan. Budaya adalah aset ekonomi jika kita bisa mengemas dan mempromosikannya dengan baik,” tegasnya.
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada para pelaku seni dan komunitas budaya yang selama ini aktif merawat tradisi perkerisan. Tanpa mereka, katanya, warisan budaya akan mudah tergilas zaman.
“Peran masyarakat sangat penting. Hari Keris Nasional ini adalah pengingat bahwa pelestarian tidak bisa hanya bergantung pada pemerintah. Ini kerja bersama,” tutup Fadli.
Penetapan Hari Keris Nasional menjadi momen penting bagi Indonesia, bukan hanya untuk mengenang sejarah, tetapi untuk menegaskan kembali komitmen terhadap pelestarian dan pemanfaatan budaya sebagai kekuatan bangsa.