JABAR: BUKAN WAJIB MILITER, TAPI PENDIDIKAN KARAKTER

Di tengah sorotan publik soal penanganan kenakalan remaja, Pemerintah Provinsi Jawa Barat menegaskan bahwa program khusus bagi siswa bermasalah bukanlah bentuk wajib militer. Program tersebut dirancang sebagai pendidikan karakter yang menekankan nilai kedisiplinan, etika, dan kepemimpinan.

Penegasan itu disampaikan Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat, Deden Saepul Hidayat, dalam wawancara bersama PRO3 RRI pada Selasa (29/4/2025). Ia menekankan bahwa program ini bertujuan membentuk perilaku positif pelajar melalui pendekatan non-militer.

“Program ini bukan pelatihan militer, tapi pembinaan karakter dan kedisiplinan. Fokusnya adalah membangun perilaku siswa, bukan melatih fisik atau taktik tempur,” ujar Deden.

Dinas Pendidikan Jawa Barat telah menyusun tiga komponen utama dalam program tersebut, yakni pendidikan karakter umum, pelatihan kepemimpinan, serta penanganan khusus bagi siswa dengan catatan perilaku. Pelaksanaan kegiatan ini akan melibatkan kerja sama lintas instansi, termasuk TNI, Polri, dan Kesbangpol.

Menurut Deden, keterlibatan institusi militer seperti TNI semata-mata karena pengalaman mereka dalam pembinaan kedisiplinan dan bela negara. “Tidak ada latihan militer. Kami hanya memanfaatkan pendekatan kedisiplinan yang dimiliki TNI sebagai bagian dari pembinaan siswa,” tegasnya.

Program ini muncul sebagai respons konkret atas kekhawatiran Gubernur Jawa Barat terhadap meningkatnya kasus kenakalan remaja, seperti tawuran antarpelajar. Pemerintah daerah menilai, solusi yang dibutuhkan adalah sistem pendidikan yang kolaboratif—melibatkan sekolah, keluarga, dan aparat penegak hukum.

“Masalah ini tidak bisa diselesaikan oleh sekolah saja. Perlu kerja sama semua pihak agar pembinaan remaja lebih efektif dan berkelanjutan,” imbuh Deden.

Durasi pelaksanaan program dirancang fleksibel, antara dua hingga tiga bulan, dengan tetap mempertimbangkan proses belajar siswa di sekolah. Pemerintah berharap, melalui program ini, siswa tak hanya terhindar dari perilaku menyimpang, tetapi juga tumbuh menjadi generasi yang disiplin dan siap menghadapi tantangan masa depan.

“Kami ingin mereka siap menyongsong Indonesia Emas 2045. Kunci utamanya adalah karakter yang kuat,” pungkas Deden.

sumber : rri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *