JAKARTA – Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ayu Savitri Nurinsiyah, mengungkapkan lima kelompok keong darat di Indonesia yang berpotensi dimanfaatkan sebagai obat herbal. Kelima kelompok tersebut adalah Lissachatina fulica, Amphidromus palaceus, Dyakia rumphii, Ampullariidae, dan Viviparidae.
Menurut Ayu, kelompok keong ini secara rutin digunakan dalam pengobatan tradisional untuk menyembuhkan luka, asma, dan penyakit lainnya. Meskipun pengetahuan ini semakin langka, masyarakat di beberapa daerah masih menggunakan keong darat untuk pengobatan.
Ayu menambahkan, dari 126.316 spesies keong yang telah divalidasi secara global, lebih dari 5.000 spesies, atau 6%, dapat ditemukan di Indonesia. Dari jumlah tersebut, terdapat 1.294 spesies yang hidup di darat, di mana 595 di antaranya merupakan spesies endemik Indonesia. Pulau Jawa dan sekitarnya memiliki keanekaragaman spesies keong darat yang tinggi, dengan 263 spesies, di mana 104 spesies adalah endemik.
Keong darat memiliki nilai ekologis yang penting dan potensi untuk dimanfaatkan dalam kuliner, obat-obatan, dan kosmetik. Di negara lain, keong telah lama digunakan sebagai sumber protein alternatif. Di Prancis, misalnya, keong darat (escargot) merupakan makanan mewah yang bernilai tinggi. Selain itu, lendir keong memiliki sifat antibakteri dan dapat digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit kulit.
BRIN terus melakukan penelitian dan konservasi berkelanjutan untuk menjaga keanekaragaman ini agar dapat dimanfaatkan secara bijaksana untuk kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan.