Penguatan rupiah belum sepenuhnya aman. Sore ini, mata uang Garuda kembali tertekan di tengah pasar global yang masih penuh tanda tanya.
Mengutip data Bloomberg, Selasa (15/4/2025), rupiah melemah 0,24 persen atau turun 40 poin ke level Rp16.826 per dolar AS. Ini jadi sinyal bahwa pergerakan rupiah masih sensitif terhadap dinamika eksternal, meski tekanan perang dagang mulai longgar.
Presiden AS Donald Trump memang sempat memberi angin segar dengan kembali membuka peluang pengecualian tarif 25 persen untuk impor mobil, terutama dari Kanada dan Meksiko. Sebelumnya, pengecualian juga berlaku untuk produk elektronik, termasuk smartphone dan laptop dari Tiongkok.
Namun pasar belum sepenuhnya tenang. Trump tetap bersikeras mengenakan tarif tinggi terhadap semikonduktor dan produk farmasi—dua sektor krusial yang sangat memengaruhi arus dagang global.
“Pasar masih wait and see. Meski ada kabar positif, pelaku pasar tetap waspada karena ketegangan belum sepenuhnya reda,” ujar analis pasar uang, Ibrahim Assuaibi, Selasa sore.
Dari sisi lain dunia, laporan New York Fed menunjukkan ekspektasi inflasi jangka pendek warga AS naik tajam pada Maret 2025—tertinggi sejak akhir 2023. Ekspektasi ini ikut mendorong dolar AS tetap kuat di tengah ketidakpastian.
Bagaimana dengan dalam negeri?
Ibrahim mencatat, cadangan devisa Indonesia per akhir Maret 2025 naik menjadi USD157,1 miliar—meningkat dari posisi Februari yang sebesar USD154,5 miliar. Peningkatan itu didukung penerimaan pajak dan jasa, serta penarikan pinjaman luar negeri oleh pemerintah.
“Ini jadi bantalan penting buat rupiah, meski tekanan global tetap tinggi. Bank Indonesia juga terus melakukan intervensi untuk menjaga stabilitas kurs,” kata Ibrahim.
Dengan cadangan devisa yang berada jauh di atas ambang batas aman—setara lebih dari tiga bulan impor—Indonesia punya ruang bernapas. Tapi di tengah gejolak eksternal, langkah kehati-hatian tetap jadi kunci.
Rupiah masih berjuang di antara dua arus besar: ketegangan luar negeri dan upaya stabilisasi dalam negeri. Dan sejauh ini, perjuangan itu masih jauh dari kata usai.
SUMBER: RRI