Pemerintah tancap gas siapkan generasi masa depan lewat Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Program prioritas Presiden Prabowo Subianto ini bukan cuma bagi-bagi makanan—tapi strategi jangka panjang untuk mencetak SDM unggul Indonesia 2045.
“Ini investasi besar demi masa depan bangsa,” tegas Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, Senin (21/4).
MBG bakal menyasar 82,9 juta anak di seluruh Indonesia lewat 32 ribu Satuan Pemenuhan Pelayanan Gizi (SPPG) yang akan beroperasi penuh mulai November 2025. Pemerintah sudah siapkan anggaran jumbo: Rp14 triliun per bulan pada September untuk melayani 42 juta anak, lalu naik ke Rp21 triliun per bulan di Oktober untuk 66 juta anak.
Setiap SPPG akan mengelola anggaran Rp8–10 miliar per tahun. Sebagian besar—sekitar 85%—digunakan buat belanja bahan pangan lokal. “Produk lokal harus jadi tulang punggung. Kita bangkitkan UMKM dari desa,” kata Dadan.
Efek ekonominya langsung terasa. Sedikitnya 1,5 juta orang bakal terlibat langsung di 30.000 SPPG. Tiap unit punya 50 staf—dari ahli gizi, akuntan, sampai tenaga dapur. Pemerintah sengaja melibatkan pelaku usaha kecil menengah sebagai pemasok utama. Tujuannya jelas: uang negara berputar di daerah, menciptakan lapangan kerja, dan menggerakkan ekonomi lokal.
Menu makanannya? Bukan asal kenyang. Komposisinya disusun ahli gizi agar tepat sasaran: penuhi kalori, dorong tumbuh kembang anak, dan bantu perkembangan otak.
“Ini bukan proyek basa-basi. Kami pastikan tak ada lagi anak Indonesia yang stunting,” tegas Dadan.
Seluruh pendanaan program ditanggung APBN. Pengawasan ketat diterapkan untuk memastikan kualitas gizi terjaga. Pemerintah ingin MBG jadi pengubah permainan—game changer—dalam mendorong ketahanan pangan dan kualitas SDM nasional.
Lewat program ini, pemerintah kirim pesan jelas: membangun Indonesia Emas 2045 dimulai dari meja makan anak-anak hari ini.