Tangis keluarga masih menggema di ruang tunggu rumah sakit. Tragedi kapal wisata Tiga Putra yang tenggelam dalam perjalanan menuju Pulau Tikus menyisakan luka mendalam. Delapan nyawa melayang, belasan lainnya masih dirawat intensif. Sementara itu, proses hukum terus berjalan untuk mengungkap siapa yang harus bertanggung jawab atas musibah ini.
Hingga Selasa (13/5/2025), penyidik Satuan Reserse Kriminal Polresta Bengkulu telah memeriksa 21 saksi. Mereka terdiri dari nahkoda, kapten kapal, pengelola wisata, hingga penumpang selamat. Namun, belum ada satu pun yang ditetapkan sebagai tersangka.
“Masih dalam proses. Kami terus kumpulkan bukti. Penetapan tersangka belum dilakukan,” ujar Kapolresta Bengkulu Kombes Pol Sudarno SSos MH.
Polisi juga berencana memeriksa saksi ahli dari Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP), serta dari Kementerian Perhubungan. Pemeriksaan ini difokuskan pada dugaan pelanggaran teknis, mulai dari kapasitas kapal hingga kelayakan operasional.
“Penting bagi kami mengetahui apakah ada pelanggaran oleh pengelola atau nahkoda kapal. Karena itu perlu keterangan ahli,” tegas Sudarno.
Dalam data terbaru, jumlah penumpang dan awak kapal dikoreksi menjadi 107 orang, bukan 104 seperti sebelumnya. Saat insiden terjadi, seluruh penumpang disebut telah mengenakan pelampung. Namun, itu tak cukup menghentikan kepanikan saat mesin kapal mati dua kali, lalu kapal oleng dan akhirnya karam diterjang ombak.
“Semua penumpang sudah pakai pelampung. Tapi saat kapal oleng, mereka menyelamatkan diri masing-masing,” jelasnya.
Sementara itu, Pejabat Sekda Provinsi Bengkulu, Herwan Antoni, mengonfirmasi bahwa korban meninggal bertambah menjadi delapan orang. Satu di antaranya, Silvia, warga Kabupaten Rejang Lebong, meninggal pada Senin (14/5/2025). Tiga belas lainnya masih menjalani perawatan, dengan tiga orang di ruang ICU Rumah Sakit Bhayangkara.
“Semua korban luka dan keluarga korban meninggal telah mendapat santunan dari Jasa Raharja,” kata Herwan.
Kecelakaan kapal ini menjadi pengingat betapa pentingnya pengawasan ketat terhadap keselamatan wisata bahari. Pulau Tikus yang biasanya menjadi destinasi favorit, kini menyimpan duka yang tak mudah dilupakan.
SUMBER: RRI