Meski ekonomi Indonesia menunjukkan ketahanan dengan pertumbuhan 4,87 persen pada kuartal pertama 2025, sejumlah pakar mengingatkan bahwa target ambisius pemerintah mencapai delapan persen masih berada di luar jangkauan.
Pengamat ekonomi politik dari Universitas Nasional, Iwan Nurdin, menilai bahwa meskipun angka pertumbuhan ini menunjukkan daya tahan ekonomi nasional di tengah tantangan global, kenyataan bahwa pertumbuhan masih di bawah lima persen perlu menjadi perhatian serius pemerintah.
“Ini sinyal kuat bahwa fondasi ekonomi kita cukup stabil, tapi belum cukup untuk mengejar pertumbuhan tinggi seperti yang ditargetkan,” ujar Iwan saat diwawancarai tim InfoPublik pada Rabu (7/5/2025).
Menurut Iwan, dorongan utama pertumbuhan pada awal tahun ini masih didominasi oleh konsumsi rumah tangga dan belanja pemerintah. Ia menyarankan agar dorongan konsumsi diarahkan ke sektor produktif demi menciptakan dampak jangka panjang terhadap perekonomian nasional.
“Kita tidak bisa hanya mengandalkan belanja. Pemerintah perlu mendorong sektor-sektor produktif seperti UMKM, koperasi, dan sektor informal agar konsumsi juga menciptakan nilai tambah,” tegasnya.
Iwan juga mengingatkan potensi ancaman pada kuartal kedua, terutama dari tertundanya pengenaan tarif dagang oleh Amerika Serikat. Ia menyebut bahwa jika negosiasi pemerintah gagal, ekspor Indonesia ke pasar utama bisa tertekan. Karena itu, pemerintah didorong segera memperluas pasar ekspor ke wilayah non-tradisional dan memperkuat perlindungan bagi sektor yang terdampak.
“Jangan tunggu sampai gelombang PHK terjadi. Kita butuh strategi perlindungan industri dan tenaga kerja sebelum tekanan datang,” ujarnya.
Di sisi lain, Iwan menyoroti kendala klasik dalam pertumbuhan ekonomi yakni hambatan perizinan dan praktik pungli di lapangan. Ia mengusulkan pembentukan satuan tugas khusus untuk mengawal realisasi investasi dan menertibkan birokrasi dari pusat hingga daerah.
“Investasi tak akan masuk jika iklim usahanya belum bersih. Pemerintah perlu membentuk Satgas Investasi yang bisa bekerja cepat, tegas, dan terkoordinasi,” kata Iwan.
Sebagai bagian dari solusi jangka panjang, ia menekankan pentingnya menjalankan program strategis seperti Danantara dan Koperasi Merah Putih secara konsisten. Menurutnya, kedua inisiatif ini memiliki potensi besar memperkuat ekonomi akar rumput jika dijalankan secara terstruktur dan terukur.
“Kalau hanya dijadikan jargon, hasilnya tidak akan terasa. Harus ada peta jalan yang jelas, target implementasi, dan pengawasan agar program-program itu benar-benar memperkuat ekonomi rakyat,” tutup Iwan.