Presiden ke-2 RI Soeharto dan Presiden ke-4 RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) masuk dalam daftar calon pahlawan nasional tahun ini. Kementerian Sosial menyebut keduanya punya peluang besar untuk dianugerahi gelar tersebut.
“Tahun ini ada beberapa nama yang berpeluang. Di antaranya Presiden kedua Soeharto dan Presiden keempat Gus Dur,” ujar Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) saat ditemui di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, Rabu (23/4/2025).
Menurut Gus Ipul, proses pengajuan gelar pahlawan dimulai dari masyarakat yang mengusulkan lewat pemerintah daerah. Setelahnya, nama-nama tersebut dikaji oleh Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) sebelum akhirnya disampaikan ke Kementerian Sosial dan diteruskan ke Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP). Keputusan akhir berada di tangan Presiden melalui Dewan Gelar.
“Semua calon pasti punya sisi baik dan sisi yang bisa dikritisi. Tapi nilai-nilai kebaikannya yang akan jadi pertimbangan utama. Mereka manusia biasa, bukan sosok tanpa cela,” katanya.
Ia menekankan bahwa penganugerahan gelar pahlawan bukan bentuk pemutihan sejarah, melainkan penghargaan atas jasa besar yang telah diberikan kepada bangsa. Dalam kasus Soeharto, misalnya, Gus Ipul menyebut peluangnya semakin terbuka karena Tap MPR yang dulu menyoroti KKN sudah dicabut.
Pemerintah, kata Gus Ipul, ingin memastikan generasi muda tetap bisa belajar dari tokoh-tokoh besar bangsa. “Kita ingin warisan nilai-nilai baik dari masa lalu bisa menginspirasi anak-anak muda hari ini,” tambahnya.
Tahun ini, Kemensos menerima sekitar 20 nama yang diusulkan sebagai calon pahlawan. Mereka akan dikaji berdasarkan syarat yang cukup ketat, baik dari sisi integritas moral maupun rekam jejak perjuangan nasional.
Syarat Umum Calon Pahlawan Nasional:
WNI atau berjuang di wilayah NKRI
Memiliki integritas moral dan keteladanan
Berjasa bagi bangsa dan negara
Berkelakuan baik
Setia dan tidak mengkhianati negara
Tidak pernah dipidana minimal 5 tahun penjara berdasarkan vonis hukum tetap
Syarat Khusus:
Pernah memimpin perjuangan (bersenjata/politik/bidang lain) untuk kemerdekaan
Tidak pernah menyerah pada musuh
Mengabdi hampir sepanjang hidupnya
Melahirkan pemikiran besar atau karya penting
Memberi dampak besar secara nasional
Konsisten dengan semangat kebangsaan
Penilaian terhadap Soeharto dan Gus Dur tidak hanya menilik masa kepemimpinannya, tetapi juga ide, kontribusi, dan warisan yang masih relevan hingga kini. Soeharto dikenang atas pembangunan besar-besaran dan stabilitas panjang, meski dibayangi kritik soal HAM dan KKN. Gus Dur, di sisi lain, dikenal karena keberaniannya membela minoritas dan mendorong demokratisasi, meski masa kepemimpinannya singkat.
“Sejarah tidak bisa dihapus, tapi kita bisa mengambil pelajaran darinya,” tutup Gus Ipul.
SUMBER : RRI