Presiden terpilih Prabowo Subianto mengirimkan pesan keras dan jelas: seluruh menteri Kabinet Merah Putih diminta merapatkan barisan. Isyarat ini dipandang sebagai peringatan agar tak ada ruang bagi loyalitas ganda di lingkaran kekuasaan.
Pesan itu disampaikan Prabowo secara langsung melalui sambungan telepon kepada Muhaimin Iskandar—atau yang akrab disapa Cak Imin—saat ia berhalangan hadir dalam acara halalbihalal di kediamannya, Minggu malam (20/4/2025).
Acara tersebut dihadiri sejumlah tokoh penting, mulai dari Wapres ke-13 Ma’ruf Amin, Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad, hingga jajaran menteri dan kepala lembaga. Namun pesan Prabowo-lah yang mencuri perhatian.
Menurut pengamat politik dari Citra Institute, Yusack Farhan, pesan itu adalah sinyal tegas kepada para menteri: tunduk, patuh, dan loyal hanya kepada presiden. Bukan yang lain.
“Ini bukan sekadar ajakan untuk solid, tapi juga kode keras untuk meredam isu ‘matahari kembar’ yang makin ramai dibicarakan publik,” ujar Yusack kepada InfoPublik, Selasa (22/4/2025).
Isu “matahari kembar” mulai menyeruak setelah sejumlah menteri Kabinet Merah Putih terlihat bersilaturahmi ke kediaman Presiden ke-7 RI, Joko Widodo, di Surakarta saat Lebaran lalu. Nama-nama besar seperti Bahlil Lahadalia, Zulkifli Hasan, Wihaji, hingga Sri Mulyani dan Luhut Binsar Pandjaitan masuk dalam daftar tamu.
Langkah ini memicu spekulasi soal loyalitas para menteri: apakah mereka masih solid di bawah komando Prabowo, atau justru masih berada di orbit Jokowi?
Bahlil sempat menepis isu tersebut. Ia menegaskan kabinet tetap solid dan berjalan baik. Namun, sinyal dari Prabowo seakan menjawab keraguan publik—bahwa pemimpin tertinggi kabinet kini adalah dirinya, bukan sosok lain.
Yusack menyebut, bila isu ini tak ditangani dengan cepat, dampaknya bisa serius. “Kalau publik melihat ada dua pusat kekuasaan, legitimasi pemerintahan bisa goyah. Ini momen penting bagi Prabowo untuk menegaskan siapa nahkoda di kapal ini,” katanya.
Pesan Prabowo menjadi semacam ultimatum halus. Tidak frontal, tapi cukup untuk membuat barisan kabinet siaga. Apalagi di masa transisi menuju pemerintahan baru, soliditas internal adalah harga mati.
Pertanyaannya sekarang: akankah seluruh menteri benar-benar mengunci kompas politik mereka hanya pada Prabowo?